Hibrida Konvensional
Mobil hibrida bukan lagi konsep baru di dunia otomotif. Hibrida tak hanya diterapkan pada mobil penumpang, juga sudah sampai ke kendaraan komersial, yaitu truk. Kombinasi tenaga yang digunakan, mesin bensin (penumpang) dengan motor listrik dan mesin diesel (komersial atau truk) dengan motor listrik. Juga sudah dijual secara komersial, termasuk di Indonesia.
Perbedaan antara sistem hibrida lama atau konvensional dengan PHEV ada pada pengisian baterai. Pada sistem hibrida konvensional, baterai atau aki yang digunakan hanya diisi oleh listrik yang dihasilkan dari mobil itu sendiri, yaitu mesin yang digunakan. Sedangkan pada PHEV, baterai yang digunakan bisa diisi dengan menggunakan listrik dari rumah tangga.
Sistem hibrida konvensional sebenarnya sudah bekerja sangat efektif untuk mengirit bahan bakar dan menekan emisi. Energi yang sebelumnya dipastikan terbuang, bisa diambil lagi atau dimanfaatkan. Misalnya, dengan menggunakan sistem “ISG” atau “integrated starter- generator”. Di samping itu, juga memanfaatkan energi kinetik dari setiap roda ketika mobil dikurangi kecepatannya, direm atau pun berhenti untuk sesaat.
Pada sistem hibrida konvensional misalnya dengan konsep ISG, saat mobil melambat atau direm, komponen yang semula berfungsi sebagai starter, berubah menjadi generator. Listrik yang dihasilkan generator disimpan di baterai. Selanjutnya, pada kondisi-kondisi tentu, energi dari baterai digunakan memutar motor listrik untuk menggerakkan mobil atau membantu mesin konvensional mempercepat laju kendaraan.
Contohnya, saat mobil dikebut atau berakselerasi. Ketika pedal gas ditekan, bukan putaran mesin yang nai, tetapi sistem hibirida mengaktifkan motor listrik untuk membantu mesin utama menggerakkan atau mendorong laju mobil semakin kencang. Energi dari baterai juga digunakan untuk aksesori pada mobil, misalu audio, AC, lampu-lampu dan sebagainya.
Bahkan saat mobil berhenti cukup lama di persimpangan, misalnya waktu menunggu lampu hijau, sistem bisa mematikan mesin utama (sistem start & stop). Selanjutnya mobil menggunakan motor listrik yang memperoleh energi dari baterai untuk start awalnya. Hasilnya, konsumsi bahan bakar mobil hibrid jadi sangat irit. Di samping itu, emisi gas buangnya juga rendah.